Jumat, 08 Februari 2013
Selasa, 05 Februari 2013
Regenerasi PETANI
Bisakah kita bayangkan jika 20-30 tahun yang akan datang
tidak ada lagi pemuda yang tertarik untuk menjadi petani, peternak, petambak
atau nelayan. Atau dengan kata lain sektor
agraris mejadi hal yang tidak lagi menarik bagi generasi muda. Saat
dimana generasi muda lebih memilih untuk bekerja menjadi buruh, tukang ojek atau bekerja di sektor-sektor
informal sebagai pedagang kecil-kecilan dan lain-lain. Saat inipun sebenarnya sudah menggambarkan
krisis ketertarikan tersebut.
Desa-desa mulai ditinggalkan.
Daerah-daerah pesisir dan pedalaman mulai kehilangan pemudanya. Dan para petani, peternak dan nelayan mulai
menasehatkan kepada anaknya, “Sekolahlah yang benar Nak, agar suatu saat nanti
kamu dapat menjadi orang yang berhasil tidak seperti bapak yang hanya menjadi
petani/nelayan”. Nelayan/petani yang
beruntung bisa menyekolahkan anaknya berharap suatu saat nanti anaknya akan
dapat menjadi pegawai dan bukan
nelayan/petani seperti dirinya. Gambaran
hidup menjadi petani atau nelayan menjadi menakutkan dan tidak menjadi
alternatif pilihan hidup.
Jadi dapatkah dapatkah anda bayangkan jika 20-30 tahun yang
akan datang tidak ada lagi beras, ikan, sayur mayur dan buah-buahan yang diproduksi di dalam negeri. Semua harus diimport dan didatangkan dari negara
lain. Maka makan ikan asin dengan sayur
bayam sekalipun akan menjadi sajian yang mewah.
Tidak ada lagi sayur mayur, buah, beras, ikan, ayam, atau telur yang
bisa dibeli dengan harga murah.
Bagi mereka yang punya uang mungkin bisa bilang tidak peduli. Tapi masihkah mereka tidak peduli jika orang
di sekitarnya menjadi orang-orang yang buas karena kelaparan. Mudah-mudahan tidak ya. Dan mudah-mudahan juga kondisi itu tidak akan
terjadi. Tetapi gambaran pahit itu bukan
berarti tidak mungkin terjadi di negara kita yang gemah ripah loh jinawi
ini. Di negara yang digambarkan sebagai
surganya agribisnis karena tanaman apapun bisa tumbuh dengan subur. Tapi sumberdaya alam yang subur ini tidak
berarti apa-apa tanpa ada yang menggarap.
Sebelum terlambat….maka sekaranglah saatnya peduli.
Saya pun sebagai alumni IPB, sangat-sangat malu karena sejak
dulu tidak memilih untuk menggeluti sektor pertanian sebagai lahan bisnis
maupun lahan saya dalam berkarya. Baru dua
tahun belakangan ini, bersama dengan PKBM INSAN KARYA, kami mulai membangun kembali
semangat untuk menggerakkan sektor agraris.
Dimulai dari budidaya ikan air
tawar, peternakan ayam kecil-kecilan dan penanaman sayur-mayur secara tumpang
sari.
Kami memulai usaha ini sebagai bagian dari unit usaha PKBM INSAN KARYA dengan semangat membangkitkan kembali
ketertarikan pemuda dalam sektor agraris.
Karena itu kami memilih bentuk usahanya sebagai kelompok tani. Kami menamakannya Kelompok Tani Mina Insan Karya. Kami mulai dengan menggabungkan 12 semangat
anak-anak muda yang didalamnya.
Mudah ?....tentu tidak.
Setelah memasuki sendiri sektor ini, kami baru menyadari betapa kerasnya
perjuangan petani/peternak. Dengan modal
yang tidak bisa dibilang kecil, kami harus berhadapan dengan tingkat spekulasi
yang sangat tinggi. Kondisi alam, cuaca,
hama, penyakit menjadi hal yang bisa datang tiba-tiba seperti sebuah bencana
alam.
Kami dapat pelajaran pertama dengan hilangnya benih-benih
lele hanya satu minggu setelah ditabur karena air sungai yang meluap. Kami tidak pernah menyangka bahwa kondisi
empang yang cukup dalam, masih bisa meluap ketika hujan sangat lebat. Setelah itu baru kami memasang paranet
disekitar empang.
Sedih ? ….. sangat.
Beberapa anggota kelompok tani malah memutuskan untuk keluar, karena
merasa tidak yakin bahwa usaha budidaya ini akan berhasil. Padahal pola usaha yang kami tawarkan sudah
sangat memihak kepada petani penggarap.
Sebagai pemodal (Yayasan Insan Indonesia Berkarya), kami berkewajiban menyediakan tanah, benih dan
pakan. Dan sebagai petani penggarap
mereka berkewajiban untuk memelihara dan merawat ikan yang kita budidayakan
sampai siap dipanen. Pada saat panen
nanti pemodal hanya mendapatkan 30% dari keuntungan bersih dan petani penggarap
mendapat sisanya.
Jika anda bertanya apa yang kami dapatkan dalam hampir 2 tahun
ini. Secara materi…..tidak ada. Tapi kami mendapat kepuasan atas
terlaksananya idealisme kami untuk turut mengambil peran dalam lahirnya kembali
petani-petani dan peternak-peternak muda.
Dan satu pelajaran yang sangat penting yang tidak akan kami lupakan
adalah bahwa para petani dan peternak dan juga nelayan tentunya adalah
pahlawan-pahlawan yang telah mengorbankan hidupnya untuk menjamin kelangsungan
hidup kita semua. Mereka rela jauh dari
kemewahan. Jauh dari kemajuan. Jauh dari kenyamanan dan juga jauh dari rasa
aman. Hidup mereka seperti
bertaruh. Bertaruh dengan alam. Bertaruh dengan cuaca dan bertaruh dengan
hama dan penyakit. Tidak yang dapat
dipastikan dalam hidup mereka. Ketika
mereka berupaya sepanjang hidupnya untuk menjamin kita kenyang, mereka sendiri
terkadang tidak tahu, harus makan apa besok.
Hiks….sedih. padahal
masih banyak dari kita yang tidak pernah rela membayar lebih untuk semua sayur,
buah atau ikan yang dijual dipasar. Kita
hanya ingin semua tersedia dalam harga murah.
Maka saat ini, ditengah hujan yang deras menguyur negri….. marilah kita
ingat petani yang sedang sibuk membajak
tanah tanpa memperdulikan badannya telah menyatu dalam lumpur dan hujan.
Saya pribadi sangat berharap dan berdoa agar suatu saat
nanti pemerintah kita dan kita semua menjadi sangat peduli terhadap sektor pertanian. Dan suatu saat nanti petani –petani kita dapat hidup sejahtera, dan dapat
menggarap lahannya dengan bantuan teknologi modern. Sehingga kita tidak perlu ketakutan dengan
pepatah “tikus mati di lumbung padi”.
.
Seharusnya menjadi hal yang aneh jika tanah yang subur dan
luas ini tidak menjadi hal yang menarik untuk diusahakan sebagai lahan
produksi. Dalam sebuah lagu malah
digambarkan “Tongkat dan batu pun jadi tanaman”. Saya bukan orang pandai yang bisa
merekomendasikan langkah-langkah akurat yang bisa diambil oleh pemerintah. Saya hanya berharap suatu saat nanti
pemerintah dan kita semua menjadi sangat
peduli terhadap sektor pertanian.
Dan suatu saat nanti petani –petani
kita dapat hidup sejahtera, dan dapat menggarap lahannya dengan bantuan
teknologi modern. Sehingga kita tidak
perlu ketakutan dengan pepatah “tikus mati di lumbung padi” dan tidak ada lagi
gambaran yang mengidentikkan petani/nelayan dengan kemiskinan.
Tulisan ini saya buat hanya untuk menyentuh setiap hati agar
peduli kepada petani/peternak dan nelayan.
Mudah-mudahan kepedulian itu akan menjadi tindakan nyata…..kecil atau
besar, untuk menolong petani menjadi lebih sejahtera. Dan juga membujuk para pemuda untuk kembali tertarik
kepada sektor agraris. Sehingga 10 tahun
yang akan datang kita akan mendapati siswa-siswa di Sekolah Dasar menuliskan
cita-citanya sebagai “petani”, “peternak” atau nelayan”
Gerakan PEDULI TETANGGA
Umar berkata,” Aku hampir mengira bahwa tetanggaku berhak
atas harta warisanku. Karena begitu
seringnya Nabiullah berpesan untuk memuliakan mereka”.
Tetangga adalah orang-orang yang terdekat dengan
kita. Dalam Islam diisyaratkan bahwa
yang disebut tetangga adalah 40 rumah di
depan, 40 rumah di belalang, 40 rumah di samping kanan dan 40 rumah di samping
kiri. Waah banyak ya…. Coba sekarang
kita hitung berapa tetangga yang sudah kita kenal dengan baik. Berapa tetangga yang sudah pernah kita
kunjungi. Dan berapa tetangga yang punya
hubungan cukup dekat. Dan juga berapa tetangga yang sudah kita sayangi dan
kita anggap sebagai saudara sendiri.
Hehehe…. Malu ya. Ternyata yang
sudah kita kenal saja masih jauh dari target.
Apalagi yang sudah kita kunjungi…..jauh lebih sedikit. Yang sudah kita anggap saudara ….aahhh,,,
ada siih satu atau dua. Padahal Nabi
Muhammad pernah berpesan agar setiap kali kita memasak sayur yang menimbulkan
aroma yang kuat, maka hendaknya lebihkan kuahnya agar dapat dibagikan kepada
tetangga. Waah,, apalagi yang itu. Tradisi berbagi makanankepada tetangga
mungkin masih kita rasakan waktu kita masih duduk di Sekolah Dasar dulu di era
70 an. Dan tradisi itu sudah lama
sekali mulai ditinggalkan secara bertahap oleh masyarakat. Terutama oleh masyarakat yang sudah
mengidentikkan dririnya dengan masyarakat perkotaan.
Ternyata kehidupan kita sekarang, dari unsure yang paling dekat saja sudah sangat jauh dari
apa yang sudah dicontohkan Nabi. Wajar
jika kemudian semua permasalah bangsa menjadi semakin rumit dan
berputar-putar. Karena elemen terkecil
dari masyarakat tidak lagi memenuhi apa yang telah dituntunkan. “HORMATI TETANGGA” tentu bukan hanya slogan yang mengharuskan
kita tersenyum setiap melewati rumah tetangga.
Walaupun tata karma paling sepele inipun juga sudah mulai pudar. Sebagian besar dari kita sudah menutup
jendela mobil sejak keluar dari pagar rumah.
sampai-sampai tidak ada tetanggaa yang tahu pasti, sebenarnya siapa
tetangganya. Apalagi kalau slogannya kita
geser sedikit menjadi “MARI PEDULI TETANGGA”.
Waah, semakin jauh dari
aplikasinya.
Saya bersyukur bahwa saya tinggal di wilayah pedesaan
yang tetangganya satu sama lain masih saling menyapa. Dalam masyarakat yang semacam ini, maling
sendalpun tidak bisa lolos di kampung kami.
Karena setiap orang yang melintasi jalan akan ditegur dengan kalimat
klise “Mau kemana Neng ?”. “Mau kemana Pak/Bu?”. Walaupun akhir-akhir ini karena perkembangan
kota Tangsel yang sangat pesat, akhirnya desa damai kamipun ikut menjadi
incaran para pengembang perumahan-perumahan kecil/cluster. Anak saya menyebut cluster-cluster itu sebagai
“rumah penjara” .
“Mama ada rumah penjara baru tuh sudah mulai dihuni”
“Hush, gak boleh ngomong gitu. Nanti kalau orangnya dengar marah lho”
“Mereka gak bakalan dengar Ma. Lha wong pagar tingginya aja gak pernah
dibuka”
Cluster-cluster ini biasanya dibangun 6-10 rumah. Dengan tembok tinggi dan pagar kokoh yang
selalu tertutup. Pagarnya pun diberi
pembatas fiber gelap, sehingga kita yang lewat tidak bisa melihat aktifitas
apapun yang ada di dalam cluster tersebut.
Sampai saat ini sih saya tidak merasa punya kepentingan
apapun dengan kehadiran cluster-cluster tersebut. Tetapi sejak adanya mereka saya menjadi
semakin menyadari petapa pentingnya membangun kembali semangat
bertetangga. Akhirnya di acara pengajian
kami menggagas dimulainya “GERAKAN PEDULI TETANGGA”. Kami YAYASAN INSAN INDONESIA BERKARYA bekerja
sama dengan BKMT (Badan Kordinasi Majelis Taklim) mencoba menggugah masayarakat
terutama ibu-ibu untuk kembali kepada peduli kepada tetangganya. Setiap ibu kami minta menyetorkan data kondisi
tetangga-tetangganya yang sangat perlu dibantu.
Data itu kami bagi menjadi 5 kondisi utama yang sangat perlu dibantu,
meliputi : anak putus sekolah, rumah tidak layak huni, lansia tidak terurus,
orang sakit yang tidak dapat berobat, anak yatim/duafa yang sangat membutuhkan
bantuan untuk biaya sekolah. Dari data
tersebut maka kami akan dapat memetakan kondisi wilayah dan tindakan apa yang bisa
diambil. Kami tidak membawa uang
sepeserpun. Kami hanya menghimbau para
ibu yang berada di majelis taklim untuk peduli pada tetangganya. Dengan bermodal hadist, “Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia memuliakan tetangganya”.
Walaupun
program serupa itu juga sudah menjadi program Pemerintah Daerah, tapi pada
aplikasinya masih banyak masyarakat yang tidak terjangkau. Kami melihat bahwa kegemaran ibu-ibu berkumpul di
pengajian-pengajian kecil /taklim ini adalah sebuah potensi besar. Belum ada riwayatnya pengajian serupa itu
yang pernah bubar karena kekurangan jamaah.
Mereka solid dan sangat patuh kepada pimpinannya. Oleh karena itu saya yakin bahwa gerakan ini
akan berhasil dengan atas dukungan ibu-ibu anggota majelis taklim. Kami sebatas memberikan himbauan agar dalam
setiap pertemuan mereka menyishkan rejekinya 1000-2000 untuk dikumpulkan dalam
kas “PEDULI TETANGGA”.
Tidak semua perempuan bisa berkiprah di kancah politik, karier atau bisnis. Tapi setiap perempuan bisa menjadi pelopor kepedulian kepada tetangganya. Jadi setiap perempuan yang berdaya akan memberdayakan 160 KK yang ada disekitarnya. Semoga semangat ini akan terus bertahan. Dan 10-20 tahun yang akan datang, kita tidak akan menemui lagi perempuan dan masyarakat yang tidak berdaya.
Ini hanya langkah yang sangat
kecil. Tapi dari sinilah kita dapat ikut memulai merubah negeri ini.
Ini hanyalah gerakan akar rumput. Gerakan yang dilakukan oleh
masyarakat sebatas kemampuannya. Tapi setiap gerakan baik adalah
magnit. Yang akan menularkan dan menarik kebaikan yang
lain. Kebaikan-kebaikan kecil yang akhirnya terhimpun, insyaallah akan
menjadi potensi besar untuk dapat ikut memberikan perubahan baik bagi Negara
yang kita cintai bersama ini...... aamiiin.
Sabtu, 05 Januari 2013
PROFIL PKBM INSAN KARYA
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi upaya
kemajuan suatu bangsa. Sebab pendidikan bertugas untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang memiliki pengetahuan, melatih keterampilan serta menanamkan sikap
dan prilaku yang baik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pendidikan juga merupakan kebutuhan dasar (basic need) dalam kehidupan
manusia. Kebutuhan dasar ini sejatinya
harus terpenuhi dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup
yang melingkupinya, karena hakekatnya pendidikan adalah salah satu instrumen
yang paling efektif untuk membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan,
kebodohan, kemiskinan dan ketertinggalan.
Tentu saja, merealisasikan fungsi pendidikan itu sendiri harus dilakukan
melalui upaya peningkatan kualitas pendidikan yang terintegrasi dengan proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama masyarakat telah dan terus berupaya mewujudkan amanat
tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih
berkualitas antara lain melalui pengembangan perbaikan mutu pendidikan dan
pemerataan pendidikan.
Pendidikan, baik formal maupun nonformal merupakan lembaga yang berperan
utama sebagai kunci untuk mempersiapkan kebutuhan masa depan bangsa berdasarkan
aspek intelektual, dan memadukan aspek keterampilan dengan kepribadian. Dalam
rangka pendidikan itu, pendidik dan tenaga kependidikan merupakan sosok utama
yang mengemban tugas mempersiapkan masa depan anak bangsa. Pendidikan masa
depan tidak hanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengembangan ekonomi,
tetapi juga mempersiapkan kebutuhan pasar kerja dalam membangun masyarakatnya.
Sektor pendidikan saat ini telah berada pada era globalisasi yang
sesungguhnya, dimana informasi dan komunikasi yang berkembang pesat seirama
dengan kemajuan teknologi yang mengakibatkan persaingan ketat. Proses belajar
mengajar bukan hanya mengarah pada hasil hafalan belaka, melainkan bagaimana
melatih peserta didik untuk berpikir, bertindak dan menghayati (learning to
think, learning to do, leraning to be).
Tanggung jawab
pembangunan pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga menjadi
tugas dan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. Akselerasi
tujuan pendidikan pada prinsipnya harus dilaksanakan oleh lembaga Pendidikan
Formal, non formal dan informal yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan Nasional
Fakta dimasyarakat menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan persekolahan belum
mampu menjangkau pemerataan pendidikan kepada masyarakat. Itulah sebabnya pendidikan non formal
menjadi faktor yang penting guna tercapainya pemerataan pendidikan.
Diakui atau tidak saat
ini jumlah siswa yang terancam putus sekolah terus meningkat, khususnya siswa
pada jenjang pendidikan dasar Sembilan tahun.
“Bank Dunia dalam laporannya mensinyalir bahwa dampak dari krisis
ekonomi yang tidak kunjung usai, adalah anjloknya Angka Partisipasi Sekolah
(APS), terutama anak-anak yang berasal dari keluarga miskin. Serta merosotnya kualitas sekolah, yang
sebenarnya sebelum krisi sudah sangat mengkhawatirkan (Basrowi, 2006).
Pendidikan adalah hak dan
kewajiban bagi seluruh warga Negara sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
Dasar 1945. Nuansa “privatisasi” atau
upaya pergeseran tanggung jawab dari pemerintah kepada swasta dan masyarakat
dalam penyelenggaraan dan pembiyaan
pendidikan terutama untuk pendidikan dasar sembilan tahun, sudah terlihat dalam
legalitas. Peran serta masyarakat ini
diantaranya didasari oleh semakin tingginya biaya pendidikan yang ditanggung
oleh pemerintah. Selainitu keterlibatan
masyarakat ini diamanatkan dalam Undang-Undang20 tahun 2003, tentang sistim
pendidikan nasional yang menyatakan bahwa “Masyarakat berkewajiban memberikan
dukungan sumberdaya dalam penyelenggaraan pendidikan”. Sehingga tanggung jawab pembangunan
pendidikan tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga menjadi
tugas dan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. Akselerasi
tujuan pendidikan pada prinsipnya harus dilaksanakan oleh lembaga Pendidikan
Formal, non formal dan informal yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.
Berdasarkan hasil survey dan studi lapangan yang kami lakukan di Desa Benda Baru Kecamatan Pamulang pada tahun 2010; Jumlah penduduk 15.179 orang dengan pendidikan SD saja : 821 (sudah berkeluarga dan belum), SMTP saja ; 937 orang ditambah yang putus sekolah dan Drop out. Kondisi ini sangat ironis sebab disatu sisi Pamulang Ibu Kota Tangsel (saat ini) merupakan wilayah yang jantung kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, disisi lain masih banyak masyarakat yang belum menikmati pendidikan.
Sebagai
lembaga swadaya masyarakat yang ikut prihatin dan merasa turut bertanggung
jawab terhadap fenomena sosial tersebut, maka Yayasan Insan Indonesia Berkarya
melalui PKBM Insan Karya mulai berperan aktif untuk memfasilitasi
penyelenggaraan pendidikan non formal berbasis pada masyarakat.
Penyelenggaraan
pendidikan sesungguhnya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Melalui adanya PKBM Insan Karya diharapkan peran masyarakat yang
telah ada dapat menjadi lebih terarah dan terencana. Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan
diharapkan menjadi sangat tinggi dan mampu berperan aktif sesuai dengan tata
laksana yang benar.
PKBM Insan
Karya melibatkan banyak komponen masyarakat untuk menjadi penguat organisasi,
sebagai pengajar dan juga sukarelawan.
PKBM Insan Karya bersama masyarakat ingin mewujudkan pendidikan
nonformal gratis yang dapat merangkul masyarakat menengah ke bawah yang tidak
mendapat akses pendidikan formal atas berbagai alasan atau pun anak putus
sekolah karena kesempitan ekonomi.
PKBM Insan Karya digagas
dalam rangka menyiapkan peserta didik berkualitas melalui pendidikan Anak usia
dini, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan
dan berkelanjutan yang dilaksanakan
secara efektif dengan mengkedepankan kualitas pembelajaran yang sistematis dan
terpadu.
Penyelenggaraan Program, dirancang untuk memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kemampuan yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja dan
usaha sendiri. Sementara untuk Paket A / B / C dirancang untuk memberikan
kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Paket A ke Paket B, Paket B ke Paket C dan Paket C ke
Perguruan Tinggi.
Pendekatan yang digunakan oleh PKBM Insan Karya adalah Pertama dengan (Educational Inclusion Paradigm), dimana masyarakat dan pemerintah merupakan satu keterikatan dalam pendidikan untuk membangun pendidikan di Indonesia.
Pendekatan yang digunakan oleh PKBM Insan Karya adalah Pertama dengan (Educational Inclusion Paradigm), dimana masyarakat dan pemerintah merupakan satu keterikatan dalam pendidikan untuk membangun pendidikan di Indonesia.
Kedua sebagai “ Stakeholder “ dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan dengan melakukan Peningkatan Concern
Stakeholder antara pemerintah dengan masyarakat untuk meningkatkan sumber
daya manusia, Peningkatan mutu
pelayanan sebagai suatu sistem yang
dikembangkan dalam menyerap masyarakat sasaran, penataan kemitraan dengan dunia
kerja, lapangan kerja baik instansi pemerintah maupun swasta untuk menyalurkan
para lulusan, agar mereka diterima di tempat kerja.
Ketiga pendekatan “ Network Development ” yaitu pembinaan usaha kecil dengan
peningkatan mutu produksi melalui pelatihan-pelatihan, pengembangan market
dengan menambah network marketing dan menguatkan akses permodalan ke instansi
terkait, PKBL BUMN (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), perbankan dll.
Diharapkan usaha kecil semakin menguat dan meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan. Pembinaan usaha dilakukan
terhadap usaha perorangan maupun yang berbadan hukum (koperasi /cv).
B. VISI
DAN MISI
b.1 Visi
Terwujudnya PKBM sebagai gerakan masyarakat akar
rumput yang efektif untuk mengatasi membantu persoalan pendidikan, kemiskinan
dan Insan Karya.
b.2 Misi
b.2.1 Mewujudkan PKBM yang
partisipatif, mandiri, berkelanjutan dan mampu
menyelenggarakan program-program yang bermutu
.
b.2.1 Mewujudkan
kesadaran yang luas seluruh lapisan masyarakat akan
pentingnya
PKBM bagi pembangunan masyarakat dan bersedia
berpartisipasi untuk mendukungnya baik secara
langsung maupun tidak
langsung.
b.2.3 Mewujudkan jaringan kerjasama yang
positif, konstruktif, dan kuat baik
sesama PKBM maupun antar PKBM dengan berbagai
Lintas sektoral,
lembaga
usaha, lembaga pendidikan, lembaga kemasyarakatan,
lembaga keagamaan dan yang lainnya, di tingkat
lokal, nasional, maupun
internasional
dalam rangka pembangunan masyarakat.
C. Tujuan
1. Mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas
2. Menyiapkan
peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan life skills dalam upaya
membangun kemandirian dan pemberdayaan masyarakat.
3.
Menciptakan
tenaga kerja terampil, mandiri dan professional agar berdaya saing tinggi serta
membuka lapangan kerja baru
D. Struktur
Pengurus PKBM
Pembina : Ir. Rifat Saugi MM
Ir. Hj. Feb Amni Hayati
Ketua : Eko Susetyo
M. Soleh
Sekretaris : Anwar S
Chandra D
Bendahara : Januri.P
Anah
Kordinator TBM :
Nining.A
`
Yahya.S
Kordinator Kejar Paket : Syadiah, S.Pd.I
Lia Supandi
Dewi Mayangsari
Kordinator Kemitraan : Burhanudin
Kordinator Beasiswa :
M.Ghozali
Koordinator
TBM : M. Januri
Kordinator : Anwar
Syueb.
Kordinator
Paket C : Isti Hanif, SAg
kejuruan Lilih
Solihah
Dewi Sartika
Langganan:
Postingan (Atom)